Macam dan penjelasan Vaksin COVID-19 yang ditetapkan oleh MENKES beserta efek sampingnya

Tujuan utama pemberian vaksin COVID-19 adalah membantu tubuh untuk mengembangkan kekebalan terhadap virus penyebab COVID-19 tanpa harus terserang penyakit terlebih dahulu. Namun, kamu perlu tahu bahwa setiap jenis vaksin bekerja dengan cara yang berbeda.

Setelah mendapatkan vaksin, tubuh membutuhkan waktu beberapa minggu untuk memproduksi limfosit-T dan limfosit-B. Oleh karena itu, selama waktu ini, seseorang tetap memiliki peluang untuk tertular virus penyebab COVID-19, karena vaksin tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan perlindungan. Terkadang proses pembentukan kekebalan tubuh setelah vaksinasi juga dapat menimbulkan gejala, seperti demam. Gejala ini normal dan merupakan tanda bahwa tubuh sedang membangun kekebalan.

Presiden Joko Widodo menargetkan 2 juta warga divaksinasi per hari pada Agustus 2021. Hingga saat ini, macam-macam vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia yaitu vaksin COVID-19 buatan Sinovac (CoronaVac), AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer.

Virus Corona terus bermutasi dan memunculkan varian baru yang lebih kuat seperti varian Delta. World Health Organization (WHO) bahkan menetapkan bahwa varian virus Corona ini masuk ke dalam variant of concern, atau varian yang mengkhawatirkan.

Pemerintah dan petugas kesehatan terus menggencarkan program vaksin virus corona. Kehadirannya menjadi salah satu cara untuk mengatasi pandemi yang sudah setahun lebih berjalan.

Sebelum menerima vaksinasi, penting untuk mengetahui perbedaan dan efek samping vaksinasi pada tubuh.

Mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah efikasi dan efek samping dari macam-macam vaksin COVID-19 yang dipakai di Indonesia.

1. Sinovac

Sinovac menjadi jenis vaksin corona pertama yang digunakan Indonesia. Vaksin ini berasal dari Tiongkok yang telah di tetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sebagai salah satu jenis vaksin Covid-19 yang dapat digunakan untuk keadaan darurat. Vaksin ini sudah mendapatkan izin darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Vaksin ini mengandung virus SARS-CoV-2 yang telah dimatikan dan telah melewati uji klinis fase III. Sinovac bisa diberikan kepada mereka yang berusia di atas 18 tahun. Dosis yang dianjurkan untuk pemberian vaksin jenis ini yaitu 2 dosis sebanyak 0.5 mililiter (ml) per dosisnya dengan jarak pemberian 14 hari atau 2 minggu. Di Indonesia efikasi untuk vaksin ini sebesar 65,3%. Sedangkan di Turki mencapai 9125%.

Vaksin asal Negeri Panda ini sudah didistribusikan ke daerah-daerah yang ada di Indonesia. Kemenkes mencatat sejak 15 April sampai 8 Juli 2021, dosis vaksin Sinovac yang telah didistribusikan sebanyak 52 juta dosis. Dosis sebanyak itu diberikan kepada kurang lebih 22,13 juta orang.

Walaupun terlihat banyak, namun sebenarnya dosis tersebut sangat kurang. Masih banyak masyarakat di daerah yang belum mendapatkan vaksin. Harapannya, jumlah dosis yang ada saat ini dapat dimanfaatkan dengan semakimal mungkin dan dapat digunakan untuk mereka yang masuk dalam daftar prioritas vaksinasi.

Setelah divaksinasi, virus yang telah mati akan memantik sistem daya tahan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat menjaga tubuh dari virus corona. Hasil uji klinis fase 3 yang dilakukan di Bandung, Jawa Barat, menunjukkan efikasi vaksin ini mencapai 65,3 persen.

Vaksin COVID-19 Sinovac juga aman digunakan oleh anak-anak dan ibu hamil karena efek sampingnya yang terbilang ringan. Contohnya, nyeri pada area yang telah disuntik, nyeri otot, dan sakit kepala. Namun, ada juga yang merasakan lelah, mual, sampai muntah.

2. AstraZeneca

Vaksin COVID-19 yang diproduksi di Inggris ini dibuat dari virus hasil rekayasa genetika dan virus flu yang tidak berbahaya untuk memicu respons imun. Menurut WHO, vaksin ini memiliki efikasi sebesar 63,09 persen.

Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), vaksin AstraZeneca akan memasuki sel tubuh dan akan dikenali sistem imun sebagai benda asing. Kemudian, sistem imun akan terpicu untuk menghasilkan antibodi dan sel-sel imun lainnya untuk melawan patogen yang dianggap sebagai infeksi.

Untuk dosis yang dianjurkan dalam pemberian vaksin ini yaitu dua dosis sebanyak 0.5 ml per dosis dengan jarak empat sampai 12 minggu. Vaksin ini cocok diberikan untuk rentang usia di atas 18 tahun hingga diatas  55 tahun.

Hasil uji klinis mengenai vaksin ini diketahui memberikan efek samping yang ringan hingga sedang serta dapat hilang atau sembuh dalam beberapa hari. Efek samping yang biasanya dirasakan yaitu nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak pada tempat yang disuntik, demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu dan batuk. Kurang dari 1% penerimanya merasakan pusing, nafsu makan berkurang, sakit perut, pembengkakan kelenjar getah bening, produksi kulit berlebih, kulit terasa gatal, dan munculnya ruam.

Walaupun gejalanya lebih banyak, vaksin ini masih aman untuk digunakan. Bahkan Indonesia, pada 10 Juni 2021, telah menerima dosis tambahan vaksin jenis ini sebanyak 1,5 juta dosis. Harapannya, dengan adanya tambahan dosis, proses vaksinasi seluruh lapisan masyarakat yang menjadi prioritas segera terselesaikan.

3. Sinopharm

Jenis vaksin covid berikutnya yaitu Sinopharm. Tak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac, vaksin COVID-19 Sinopharm berisi virus corona yang telah dimatikan. Vaksin ini juga merupakan vaksin covid dari Tiongkok. Vaksin yang diproduksi di China ini punya efikasi mencapai 79,34 persen. Untuk penggunaannya,  dua dosis dengan jumlah sebanyak 0.5 ml per dosis yang diberikan dengan jarak 21 hari.

Cara kerja vaksin ini pun sama dengan vaksin Sinovac yaitu dengan memantik sistem daya tahan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat menjaga tubuh dari virus corona.

Di Uni Emirat Arab efikasi vaksin ini sudah mencapai angka 79,34%. Vaksin covid yang bagus ini bisa diberikan kepada mereka yang berusia 18 sampai 85 tahun. Sejauh ini diketahui pemberian vaksin ini aman dengan efek samping yang cukup ringan, seperti rasa sakit pada area yang disuntik, ruam, pusing, tegang otot, demam, mual, muntah-muntah, sakit kepala, nyeri otot, diare, dan batuk. Vaksin ini sudah masuk ke Indonesia sejak akhir April 2021.

Gambar oleh Surprising_Shots dari Pixabay

4. Moderna

Jenis vaksin corona yang akan digunakan di Indonesia menurut peraturan Menteri Kesehatan adalah Moderna. Vaksin ini merupakan vaksin buatan Amerika Serikat yang memiliki bahan dasar messenger RNA atau mRNA.

Moderna diketahui bisa diberikan untuk usia lebih dari 18 tahun sampai di atas 55 tahun, dengan dosis pemberian sama dengan vaksin lainnya yakni dua dosis sebanyak 0.5 ml per dosis dan jarak pemberian 28 hari.

Vaksin COVID-19 Moderna diketahui memiliki efikasi mencapai 94,1 persen untuk usia 18-65 tahun. Sedangkan pada usia di atas 65 tahun mencapai 86,4 persen.

Karena efikasinya yang tinggi, vaksin Moderna disebut akan digunakan sebagai ‘booster’ atau suntikan ke-3 untuk tenaga kesehatan (nakes) dengan pertimbangan, kelompok inilah yang paling rentan di tengah lonjakan kasus COVID-19.

Vaksin ini sudah mendapatkan izin darurat penggunaan dari Amerika Serikat dan telah selesai melewati uji klinis fase III. Efek samping yang dirasakan setelah menggunakan vaksin ini diantaranya rasa lelah, sakit kepala, nyeri oto dan sendi. Namun, efek samping tersebut akan segera hilang maksimal 2 hari. Ada juga efek samping lain seperti nyeri pada bagian yang disuntik, bengkak, dan kemerahan.

5. Pfizer – BioNTech

Jenis vaksin ini juga dibuat oleh Amerika Serikat dan memiliki bahan dasar yang sama dengan vaksin sebelumnya. Untuk vaksin ini diketahui bisa diberikan untuk mereka yang berusia diatas 16 sampai  diatas 55 tahun sebanyak dua dosis dengan jumlah 0.3 ml per dosis dan jarak 3 minggu. Efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin ini sama dengan vaksin Moderna.

BPOM telah memberikan izin penggunaan darurat pada vaksin COVID-19 Pfizer. Dalam pernyataannya, BPOM menyebut efikasi vaksin buatan Amerika Serikat ini mencapai 95,5 pada remaja di atas 16 tahun dan 100 persen bagi remaja usia 12-15 tahun.

Vaksin COVID-19 Pfizer diberikan melalui injeksi dengan dua kali penyuntikan dengan jarak 3 minggu. Adapun efek sampingnya mencakup perasaan lelah, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual dan muntah, hingga demam. Reaksi ini cenderung ringan dan bisa sembuh dalam beberapa hari.

6. Novavax

Jenis vaksin covid Novavax juga merupakan vaksin buatan Amerika Serikat dengan bahan dasar protein subunit. Vaksin ini bisa diberikan kepada mereka yang berusia 18 sampai 59 tahun dengan dua dosis yang berjumlah 0.5 ml per dosis dan berjarak 21 hari. Pada uji klinis pertama dan kedua diketahui efek samping yang ditimbulkan yaitu sakit pada bagian yang disuntik, ruam, pusing, tegang oto, demam, mual, dan muntah.

7. Vaksin Merah Putih – BioFarma

Vaksin ini merupakan jenis vaksin Covid-19 yang masih dalam proses pengujian. Beberapa universitas dan lembaga penelitian di Indonesia  sedang bekerja sama untuk menguji jenis vaksin ini. Termasuk yang terlibat adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Indonesia (UI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Eijkman. Pengembangan vaksin ini harapannya bisa segera selesai agar bisa digunakan masyarakat Indonesia lebih cepat.

Demikian  jenis vaksin covid yang sudah atau akan digunakan di Indonesia. Tetap jaga kesehatan dan patuhi protokol kesehatan agar terhindar dari bahaya Covid-19.

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul “7 Jenis Vaksin Covid-19 yang Ditetapkan oleh Menkes” , https://katadata.co.id/sortatobing/berita/60decbce52146/7-jenis-vaksin-covid-19-yang-ditetapkan-oleh-menkes
Penulis: Siti Nur Aeni
Editor: Sorta Tobing

Recent Articles

Related Stories

Leave A Reply

Please enter your comment!
Please enter your name here